Ketika kita sedang pacaran, maka segala sesuatu terlihat dan terasa indah. Kadang kita sudah menyadari adanya banyak “perbedaan” dan ketidaksesuaian dengan pasangan. Namun karena sudah dibutakan dengan perasaan atau karena faktor lainnya (dikejar usia untuk menikah, sudah ganti pacar berkali-kali dan berbagai alasan lainnya), kita mengabaikan hal tersebut. Kita memasuki pernikahan dengan suatu “positif thinking” bahwa nanti semua akan baik-baik saja, bahwa semua kesulitan akan terlalui karena kita saling mencintai.
Sehingga banyak orang masuk ke pernikahan dengan hati berbunga-bunga dan dengan pemahaman bahwa apapun yang terjadi tidak akan melunturkan atau menggoyahkan cinta mereka.
Tahun-tahun berlalu dan pada umumnya di mulai dari tahun ke dua keatas, mulailah timbul banyak hal, timbul banyak konflik, timbul perbedaan yang makin meruncing, timbul ketidaksesuaian pendapat, bahkan sudah tidak malu-malu untuk bertengkar secara sengit, hingga teriak-teriak, bahkan dengan kekerasan baik materi maupun fisik. Terkadang bukan hanya kedua belah pihak yang bertengkar, ditengah kerasnya arus konflik dan tidak tahu hendak mencari pertolongan kemana, kadang baik suami dan istri lalu “mengadu” ke pihak lain, kadang orang tua, ipar, teman dan sanak saudara lainnya.
Sehingga lambat laun, konflik bukan mengecil malah membesar. Kadang tampaknya beres, tapi ketika timbul kesulitan lain, maka tampak bahwa semua konflik yang lama muncul lagi ke permukaan, yang menandakan bahwa sebenarnya konflik tersebut tidak beres dan tidak selesai dari awal. Hanya mendiamkan lalu ketika terjadi pemicunya maka berbagai hal meledak kembali ke permukaan.
Dan jika ini didiamkan terjadi bertahun-tahun, maka siapapun Anda, sebesar apapun Anda mencintai pasangan Anda, percayalah, cinta itu akan sedikit demi sedkit akan pudar.
Hal apa saja yang kadang menimbulkan konflik? Banyak sekali dan sangat bervarian diantara berbagai pasangan. Namun beberapa hal yang dapat saya eloborasikan disini antara lain :
Dapat dikatakan bahwa konflik menjadi meruncing dan menjadi makanan sehari-hari dalam pernikahan ketika “perbedaan” menjadi begitu banyak dan signifikan. Dan terkadang banyak pula yang perbedaan terasa kecil namun karena sering dan banyak sehingga efeknya sama saja, terasa menganggu dan membuat perasaan semakin berkurang, datar dan garing.
Namun perlu disadari, ketika dua orang menikah, tidak ada dua orang yang benar-benar “cocok” satu sama lain. Semua pernikahan haruslah merupakan usaha tiada henti untuk menyelaraskan (bukan menyamakan) perbedaan-perbedaan yang ada tersebut, dengan baik, elegan dan memuaskan bagi kedua belah pihak.
Namun masalahnya, banyak pasangan tidak mengetahui bagaimana caranya. Bagaimana membangun hidup pernikahan yang menyelaraskan perbedaan-perbedaan yang ada. Ketidak mampuan mengimbangi antara perbedaan dan membangun keselarasan inilah yang menjadi sumber utama konflik yang kadang terus menerus sehingga menyebabkan tidak ada intimacy, perasaaan menjadi garing, ilfill, bahkan kadang sudah tidak ada lagi cinta di antara suami dan istri.
Jangankan pernikahan yang banyak perbedaan yang runcing. Yang memiliki banyak kesamaan pun memiliki musuh yang disebut dengan rasa bosan. Menikah dengan orang yang sama bertahun-tahun akan menimbulkan kebosanan yang pada akhirnya menghilangkan kehangatan dan mungkin berujung pada upaya mencari hiburan lain yang dianggap dapat mengusir kebosanan tapi justru berakhir pada semakin parahnya kondisi pernikahan.
Kedua hal diatas, yaitu ketidakmampuan menyelaraskan perbedaan dan kebosanan, jika didiamkan terus menerus akan merusak perkawinan. Dari yang tadinya masih “mau” bertengkar untuk menemukan titik temu, lama-lama menjadi malas. Lama-lama yang dilakukan adalah lebih baik menghindar, bersinggungan seminimal mungkin sehingga tidak harus berkonflik, sehingga lama-lama perasaan menjadi jauh, datar, dingin, dan lama-lama cinta itu menjadi padam.
Dan ketika menuju padam, banyak pula yang tergoda untuk berelasi dengan pihak lain, untuk mendapatkan “kecocokan”, rasa nyaman ngobrol, dimengerti, dihargai, dicintai dan ujung-ujungnya berakhir pada perselingkuhan.
Jadi jangan anggap remeh ketika pernikahan Anda kerap dilanda konflik. Karena konflik yang terus terjadi tentu akan berakibat menurunkan kemesraan Suami Istri dan pada ujungnya akan membuat pernikahan terasa datar, garing, membosankan, ilfill bahkan kadang sampai mempertanyakan, Mengapa saya harus terjebak dalam pernikahan yang tidak membahagiakan ini?
Ketika Anda datang dengan keluhan seperti ini ke www.konselingkeluarga.com dan www.konselingpernikahan.com maka kami memiliki panduan dan langkah praktis apa yang harus Anda lakukan.
Konseling bukanlah curhat, bukan omong-omong yang tidak bertujuan. Melainkan suatu proses untuk menemukan keselarasan yang dapat membuat keduabelah pihak baik Suami maupun Istri puas dan bahagia daengan pernikahan yang dijalaninya. Dan semua itu kami lakukan dengan suatu metode dan langkah-langkah yang telah proven untuk :
Sehingga dapat disimpulkan hal yang akan Anda dapatkan ketika memperbaiki pernikahan Anda dengan datang ke Konselor kami di www.konselingkeluarga.com dan www.konselingpernikahan.com adalah :
Dan tentu saja memperbaiki pernikahan Anda bukan hal yang mudah. Itulah sebabnya biayanya juga tidak “murah”. Memperbaiki rumah/mobil yang rusak tentu jauh lebih mudah, karena rumah/mobil hanyalah benda mati.
Jauh berbeda dengan memperbaiki pernikahan yang mana setiap pernikahan adalah berbeda. Setiap suami dan setiap istri adalah berbeda. Sehingga bisa dikatakan semua pasangan adalah unik dan tidak bisa disamaratakan. Kasus yang menjadi masalah pun sangat berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain.
Jika Anda ingin agar :
Maka syaratnya adalah :
Berapa lama waktu konseling yang dibutuhkan untuk kembali membuat pernikahan saya “sehat” ?
Semua kasus adalah unik dan spesifik, bersifat individual, tidak bisa dibandingkan antara pasangan yang satu dengan yang lain. Ada yang persoalan sangat rumit namun bisa dengan cepat menemukan solusi dan semua kembali back on track dengan cepat. Ada yang masalah gampang namun banyak sekali denial dan pembelokkan fakta sehingga menjadi lama dan berlarut-larut.
Namun intinya, Konselor selalu mengaturkan strategi akan proses menemukan solusi dan pembenahan dilakukan secepat mungkin. Karena sama sebenarnya dengan sakit fisik, semakin lama sembuh, semakin banyak komplikasinya. Karena itu dengan niat dan tekad kuat dan keingian untuk cepat tuntas maka proses pemecahan semua masalah dapat diekskalasi agar cepat selesai dan tidak berlarut-larut.
Sehingga Suami dan Istri kembali dapat segera menikmati manisnya perkawinan tanpa ada lagi ganjalan atau batu penghalang dalam perasaan mereka satu sama lain.
Dan seperti segala hal di muka bumi ini, hal yang bagus, yang baik, yang mulia, yang memiliki nilai tinggi tidak pernah didapatkan dengan murah. Ada harga yang harus dibayar. Baik dengan tenaga, waktu dan tentu saja uang. Namun yang penting adalah Anda tahu bahwa uang yang Anda keluarkan tidak akan ada artinya dibandingkan dengan solusi permanen yang Anda dapatkan.
Karena tidak ada gunanya Anda menyimpan sedikit uang lebih namun hidup pernikahan Anda menyengsarakan, Anda tidak dapat fokus bekerja, tidak dapat fokus mengurus rumah tangga, , marah terus menerus, sedih berkepanjangan, hingga depresi bahkan hingga merusak kesehatan fisik.
Sekali lagi, hidup adalah pilihan. Memilihlah dengan bijaksana. Karena pernikahan Anda adalah masa depan Anda. Dan dalam memperbaiki pernikahan, waktu sangat berperan. Semakin Anda menunda maka semakin sulit “membangkitkan” kembali perasaan cinta yang sudah terlalu lama padam. Semakin lama menunda, semakin il-fill dan seperti pada penyakit fisik, ada kata “terlambat”. Ketika “stadium” kerusakan pernikahan Anda sudah sangat parah, maka salah satu pihak akan memutuskan tidak mau lagi memperbaiki dan memutuskan bahwa bercerai adalah merupakan solusi yang lebih tepat. Kalau salah satu pihak sudah bulat memutuskan, biasa Anda memohon-mohonpun sudah tidak aka nada hasilnya. Karena itu jangan menunda. Semakin cepat Anda take action untuk memperbaiki, semakin cepat pemulihan akan terjadi.
The help is here…it is your choice to use it or not.
Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com
www.konselingpernikahan.com
-healing hearts-changing life-